Kemarau & Pohon Jati

Pohon jati telah mengajarkan pelajaran terbaik akan kehidupan ini. Tahukah kamu? Dia telah terbiasa dengan krisis bernama kemarau. Maka ketika manusia dilanda pandemi, hendaklah berkaca pada bayang-bayang pohon jati. Apa yang dia lakukan ?

Meranggas adalah efisiensi. Pun ia adalah kegigihan berdiri tanpa mengurangi denyut nafas, hanya saja tidak berlari.

Daun Jati Kering di ladang pohon Jati di Ngawi

Apakah ia roboh dan menyerah pada bumi? Tidak. Ia tetap kokoh tegak menjulang, menantang angkasa meski daun raga nya berjatuhan. Tetap yakin berdiri meski dihempas nyinyiran. Ah, apakah dia tau apa itu nyinyiran? dia terlalu kuat untuk itu. Mungkin menurutnya ia semacam ulat? Memangnya ulat bisa makan daun kering.

Ya, dia mengering namun dia tak mati. Dia hidup dan membaca alam semesta. Bahwa hanya batangnya lah yang bisa ia kendalikan. Tak mau dia menyalahkan angin, mengapa tak hembuskan awan ke lahan itu. Tidak, dia tak mau komplain dan rewel. Punya batang dan akar yang kuat itulah kekuatannya yang ia syukuri dan ia yakini, bahwa ia pasti akan bisa kuat dan hidup menjulang dengan terhormat.

Akar yang kuat masih gigih mencengkeram lahan kering. Xylem dan Phloem dia atur supaya sistem irigasi seefisien mungkin. Sistem pengiritan mode maksimal.

Pun lihatlah ia tetap terhormat. Kayu dalam badannya yang menjulang itu semakin dicinta masa karena semakin kuat. Ya, dia memang kuat. Dan dia selalu kuat.

Pohon jati adalah kita. Pohon jati adalah teladan terbaik untuk melewati pandemi ini. Yakinlah batang dan akarmu tetap kuat meski angin ribet banget nyinyir sana sini, jatuh-jatuhkan saja daunku, tak masalah, aku masih bisa menjulang dan terhormat. Kata Pohon Jati.

Ia terbiasa melewati kemarau, dan ia selalu yakin bahwa hujan sejuk akan tiba pada saatnya nanti. Akar dan batangnya siap menyala lagi, dan tumbuh menjulang sekuat tenaga lagi.

Ia tidak pernah mengutuk Tuhannya mengapa harus ada kemarau? Pun mengapa harus ada pandemi ? Tugas ia hanyalah tegak menjulang, tak peduli kemarau ia tetap bertasbih dan bersyukur. Bukankah masih jauh lebih baik berdiam di rumah daripada bersembunyi di bawah tanah layaknya sembunyi dari perang dunia. Masalah ini sungguh pasti akan berlalu. Tugasmu hanyalah berusaha, bekerja keras, tetap tegak menjulang dan terhormat.

Masnya akhirnya minta maaf

Happy Ending Story.

Adalah ketika customer sedih banget curhat, “mba tolong dilaporkan ya mba ini kurirnya kok kurang ajar ya” 😭 sambil menunjukkan status screenshoot resi yang menunjukkan bahwa paket sudah diterima oleh : xxxxxx (kata kata kasar tentang kotoran 💩)

Kemudian ditunjukkannya dialog menggunakan bahasa Jawa kromo inggil, khas banget orang Jawa kalau marah ke orang asing tetep aja pakai bahasa halus.

Ibu ini adalah pedagang warung, masnya adalah pemuda kurir yang selalu ingin gercep namun khas anak muda jaman sekarang kalo WA selow respon masnya baper. Akhirnya berujung pada telfon yang dijawab sekenanya oleh ibu customer ini yang sambil melayani customernya juga karena memang ibu ini sedang repot melayani customer di warungnya.

Kemudian mas nya malah :

💁🏻‍♂️“ Lha pripun to njenengan ditangkleti malah pegah peguh” -bagaimana anda ini saya tanya malah ngga jelas

💁‍♀️ Lha kan sampun kulo jawab to nggih pun jelas alamatipun, teng telpun gih kulo jelaske. – Lha kan sudah saya jawab kan udah jelas alamatnya juga, di telfon juga sudah saya jelaskan.

Hingga beberapa chat berlanjut yang pada akhirnya menyebabkan Ibu ini merasa dianggap ngga punya duit buat order online karena kurang jelas memberikan alamat. Dan masnya merasa dianggap tidak cakap mengerjakan pekerjaan yang sepele. Salah paham menyebabkan sakit hati yang menusuk tajam hingga ke relung jiwa. Kehormatan masing-masing terluka karena chat yang beruntun. Bahasa chat memang tak seharusnya begini.

Hingga kemudian masnya berakhir dengan statement : paket diterima oleh xxxxxx ( kata kasar yang halusnya adalah : orang yang berperangai buruk )

Beberapa hari kemudian..

Alhamdulillah masnya akhirnya minta maaf . Inilah keberanian pemuda pada hakikatnya. Berani mengakui kesalahan dan berani meminta maaf. Inilah hakikat keberanian yang sesungguhnya. Dan ibu ini pun juga memaafkan dengan ikhlas.. Masyaallah indahnya dunia jika kita saling memaafkan.

Tidak Merespon adalah Respon

Satu hal dari drama korea Its Okay Not to be Okay yang berfaedah selain nasehat pribadi untuk senantiasa harus rajin skin care-an biar cetar cantik kinclong kayak Ko Munyong, adalah tentang sesuatu yang mengingatkan aku akan hal penting dalam kehidupan ini yakni tentang seni mengelola amarah.

Berhitunglah setidaknya 1 2 3 sebelum kamu marah, berhitunglah 1 2 3 saat kamu menahan amarah. Dan ini adalah ilmu psikologi yang bener banget. Dulu pas aku kecil ayahku jarang sekali marah, sekali-kalinya marah cuma karena aku dan adikku gak mau disuruh tidur siang dan terus terusan main dengan teman-teman di halaman rumah nenek. Kalau bapakku menyuruh kami mandi, selalulah dia berhitung “Ayooo mandii, bapak hitung.. satuuuu… (aku dan adikku yang lagi seru-serunya main langsung stop) duaaaa…. (masih biasa aja jalan pelan-pelan) tiiii….. (kabuuur ke arah kamar mandi ) , udah gitu doang, ga sampai bilang TIGA, anak-anaknya sudah menurut. Inilah kekuatan berhitung 1 2 3, memberi waktu bagi raga untuk mengikuti perintah otak, meskipun alam bawah sadar masih menikmati permainan, padahal memang lagi asyik banget masih bermain seru.

Berhitung 1 2 3 juga berarti menunda respon. Tidak merespon adalah respon. Menunda respon adalah respon. dan pepatah kepemimpinan yang harus dimiliki seorang BOSS adalah : jangan pernah membuat keputusan saat sedang marah. Dan mungkin inilah yang menyelamatkan perputaran ekonomi perdagangan yang mengisi ruas-ruas celah rezeki di keluarga kami, dalam berjualan online.

Semakin kamu berjualan, semakin banyak customer yang kamu dapat. Semakin banyak pula “haters”atau sebut saja customer komplain yang mulut dan jempol nyinyirannya tabok-able banget kayak Bu Tedjo yang lagi trending. Awal-awal menjadi Customer Servis pasti rasa kepala kayak mau MBLEDOS MAK DUAAARR , mbledos ini bahasa jawa yang mengartikan jauh lebih dramatis dari sekedar meletus. Karena dalam bahasa Indonesia, yang meletus hanyalah balon hijau, yang efek sampingnya hanya membuat hatiku sangat kacau. Tapi mbedos jauh lebih porak poranda efeknya.

Lama-lama akhirnya kami terlatih. Tentu saja membalas amarah customer artinya mempertaruhkan jiwa raga dan omset ke hadapan netizen, chattingan bisa di-skrinsyut sewaktu-waktu dan disebarkan melalui sosial media dengan gaya seviral-viralnya. Toko kamu bisa bangkrut atau setidaknya menurunkan minat pembeli kalau kamu dinilai galak menghadapi customer meski yang kamu lakukan adalah membela diri. PENIPU ! itu sering banget mereka katakan, padahal aku dan tim berusaha jujur sejyujyur jujyurrrr nyahh sisss T_T

Maka respon terbaik adalah : SLOW RESPON atau NO RESPON. Slow respon ini untuk customer-customer yang ngomel badai namun hanya terjadi kesalahpahaman dan biasanya masih bisa diselesaikan baik-baik, kalau dibalas chatnya langsung fast respon pasti langsung marah meledak-ledak, chat satu kata enter, dua kata enter, tanda tanya banyak banget, apalagi capslock. maka harus di-selow aja reponnya. itu pun pasti bakal meledak juga “padahal statusnya online kok gak bales bales???? mbaaa respon dong!! niat jualan ngga sih???!!” tariiik nafaass.. buang nafas… “ïya kak mohon maaf atas ketidaknyamanannya”. NO RESPON adalah kepada orang-orang yang memang hanya niat memprovokasi emosi jiwa dan raga, orang-orang kayak gini biasanya dia juga jualan, entah dia nyinyir karena jualannya ngga laku kemudian iri, atauu hanya kepo kayak apa sih produknya? kemudian dia bilang álah cuma kayak gini mah aku juga bisa bikin sendiri” kemudian dia pergi meninggalkan bintang satu dan menghasut customer lain untuk membeli produk dia tapi jangan beli di toko aku. Auto BLOKIR, NO RESPON, CUT!. karena kalau direspon malah menambah emosi jiwa :) :) ikhlas.. selow..

Mengendalikan amarah pada waktu yang tepat membuat masalah kita menjadi aman. bukan berarti tidak boleh marah, marah adalah hal manusiawi, tapi hendaklah marahmu menjadi sesuatu yang amazing. Marah yang dengan amarah itu bisa menyelamatkan. Gimana ya maksudnya ? pernah denger ada quote : When I get mad, I stop being mad and be awesome instead. Ngeselin ya? emang, tapi keren. jadi marahlah dengan benar dan keren. Mengenai hal ini jangan tanya saya karena saya juga masih belum bisa-bisa.

Sejak kecil Ayahku selalu bercerita kalau aku adalah keturunan priyayi, kami adalah cucu cicit dari pejuang leluhur kerajaan Majapahit (entah ki Ageng siapa aku lupa namanya, ya namanya anak muda pasti kalau diceritain sejarah pasti “halah opo to pak pak, iku lak jaman ndisik, jaman saiki yo wes bedo :D :D ) ” ehehehe maafkan anakmu ini ya Pak. Namun, setelah belajar ilmu parenting demi membesarkan anak-anakku dengan benar, aku baru sadar bahwa itu adalah cara ayahku memberi kekuatan positif pada anaknya.

Seolah -olah begini “Kowe wi nduk, anak e bapak, lahir wi wes ditakdirne dadi wong sing kanugrahan kamulyan, ojo nganti wektumu ilang ngurusi urusan ra mbejaji “. artinya “Kamu anak bapak, terlahir dan ditakdirkan menjadi orang hebat, jangan sampai waktumu terbuang sia-sia hanya karena urusan sepele”. Kalau ibuku denger pasti ibuku ngomel-ngomel “jangan cerita ke siapa-siapa, bapakmu ini emang terlalu membanggakan anaknya, takutnya nanti malah dikira sombong”. Ehehehe.. ya itulah ibuku orangnya rendah hati, padahal bapak sedang mentransfer kesaktiannya padaku.

Maka hingga detik ini pun, aku selalu ingat kata-kata ayahku, aku adalah manusia hebat, jangan sampai marah gara-gara urusan yang tidak terlalu memberi efek besar dalam hidup. Aku terlalu keren untuk berbuat ngga penting. Entah itu prinsip dari mana, kalau aku katakan pasti dianggap sombong memang, tapi itulah yang menjadi kekuatan hidup aku yang aku simpan dalam hati.

Pun dalam mengelola amarah. NO, jangan marah Fakhria, kamu akan menyesal kalau marah. Ingat? berapa kali sudah kamu marah dan berhari-hari ngga bisa tidur? Tarik nafas.. buang nafas.. 1 2 3.. alhamdulillah cara ini efektif banget mengendalikan amarah.

Bahkan jika baru berniat ngambek ke suamiku, ini tu beneran mau ngambek, karena kadang suamiku kelewatan banget isengnya dan aku ngerasa pengen banget memberinya pelajaran, tapi aku kembali ingat, iya kalau aku punya energi dan raga yang sekuat ini selamanya? bukankah sel-sel akan menua?, rambut akan memutih dan raga akan melemah? nanti pasti kalau aku sudah lemah terkulai aku akan menyesal, mengapa aku malah marah-marah saat energiku full? bukankah lebih baik aku mencintainya secinta-cintanya? . Lima detik kemudian aku autosayang :( gagal ngambek.

Apalagi kalau urusan mengurusi anak T_T sekali aku marah pasti menyesalnya hingga 2 malam aku tak bisa tidur. Pernah satu kali aku cubit anakku karena kesel banget, kemudian aku sangat menyesal ya Allah padahal aku cinta banget sama anak ini.. kenapa aku cubit tadi dia nangisnya sedih banget, iya sih lega sebentar emosi hilang terlampiaskan, tapi penyesalan selalu datang tiap malam, sejak saat itu aku tidak pernah mencubit atau menyakiti anakku lagi karena ternyata dia menangis bukan karena tangannya yang sakit, tapi hatinya yang terluka parah, sehingga harus aku obati dengan peluk dan cium sebanyak-banyaknya untuk anak-anakku, semoga mereka tetap mencintaiku karena sebenarnya aku ngga sejahat itu, sebenarnya aku tu sayang banget T_T, aku mencubit itu aku pikir sama seperti orang-orang tua jaman duluu supaya dia nurut tapi ternyata metode ini gagal total, parenting jaman old ngga boleh dipakai lagi di zaman sekarang. Mengasuh dan membesarkan anak harus dengan jiwa yang lapang, hati yang tulus, dan marah yang pada tempatnya, bukan hanya pelampiasan emosi.

Sakha

Sakha atau biasa dipanggil Saka adalah anakku yang ketiga yang sangat menggemaskan. Dia paling suka bertanya padaku berulang-ulang, setidaknya minimal sehari 2x pertanyaan seperti ini :

“Bun, kalau anaknya kamu cuma ada duaa? Aldin sama Taqi doang?”

yaa bunda sedih lah, kok kayaknya ada yang kurang sih.. yang pipinya enyoy siapaa?

“Saka!” dia jawab

kemudian dilanjut,

“Kalau anaknya kamu Aldin Taqi Madinaa?” (maksud dia ingin membahasakan kalau anak ketiga adalah cewek , Madina adalah anak tetangga kami)

Yaa pasti bunda ngomel-ngomel karena anaknya yang cewek nangis terus diisengin kakak-kakak, ya ngga? trus nanti Lindung sedih dong ngga punya adek ? (Lindung adalah kakaknya Madina)

“Kalaaauuu anaknya kamu Aldin Taqi Sakha Madinaa? Madinanya ada duaa?” maksudnya ada dua adalah, Madina tetep jadi adiknya Lindung dan Saka punya adik lagi perempuan.

“Ÿaaah nanti pasti ngomelnya makin panjang bunda kalau ngurusin 4 anak, jadi 3 aja ya Aldin Taqi Sakha udah itu aja bunda udah seneeeeng banget banget bangeet”.

Demikian pertanyaan wajib Sakha, yang dulu pas kecil belum bisa bilang kura-kura dia bilang : akakau, kakau, uwhag uwhag, hingga akhirnya.. uwa uwa, tula-tula, kula-kula :) :)

Sekarang setiap hari dia selalu bertanya hal itu, seolah-olah dia mengingatkan aku untuk terus bersyukur mempunyai anak seperti 3 anak ini, selalu sadar bahwa merekalah anugerah yang paling indah yang Allah berikan di keluarga kecil ini.

Bagaimana akhirnya aku mau nge-blog lagi ? :D

Hahahaha, karena anakku menemukanku di blog dan dia membaca sejarah dirinya :) so sweet ga sih. TERHARUU. terus aku baru tersadar bahwa sudah 2 tahun lamanya ngga ngeblog, oke mulai sekarang aku akan kembali ngeblog lagi, meskipun udah banyak sosial media membersamaiku selama dua tahun ke belakang ini, aku berniat akan kembali jadul demi kesehatan dan keindahan hidup :)

overheard bintaro

Jadi kemarin suamiku habis pulang sepedahan ala2 warga bintaro pada umumnya, kemudian cerita sesuatu yang mengejutkan.

keesokan harinya akupun mengikuti dia bersepeda sore-malam keliling bintaro ala2 warga Bintaro pada umumnya, kemudian ternyata bener ada serem-serem tapi ada manis-manisnya gitu. Ya meskipun sejujurnya aku warga Ciputat, sekali-kali merasakanlah ramenya Bintaro itu.

Kami melewati sebuah kawasan yang sangat santui sembari terkabut asap-asap rokok kawula muda, berpenampilan gaya (mungkin bertato, tapi ga kelihatan sih gelap) dan ber-skateboard, bermotor dan bersepeda. Bagi emak2 dengan anak -anak yang mulai beranjak dewasa dan selama masa kecil dibesarkan di desa yang adem ayem kemudian harus mengasuh anak-anaknya dengan life style ibu kota yang penuh hingar bingar, tentunya sangat terhenyak dengan pergaulan campur cewek cowok, rokok-rokok, kebut-kebutan, gak jahat-jahat sih memang orangnya, aku lewat juga biasa aja ga diusilin atau dijahatin juga, tapi cuma kayak dalam hati khawatir aja jangan-jangan mereka kayak di sinetron ya ga sih.

Namun bayang-bayang itu hanyalah lintasan sesaat, sesaat kemudian terdengar suara adzan maghrib yang merdu dari kampung sebelah. sontak, salah satu pemimpinnya yang kata suamiku dia bermuka sangar dan berpakaian macho, “woiii adzan woi, ke mushola dulu kita, nanti lanjut lagi” . Kemudian semua pasukannya ngikut. Hingar bingar mendadak sepi, mereka semua beranjak ke Mushola dong, Sholat Maghrib.

Uwaah.. kayak ekspresi “mak plenggong” atau “mak jegagik”dalam bahasa jawa di mana denyut nadi sempat menahan nafas karena sesuatu yang tak terduga. mereka sholat Magrib dengan GERCEP tepat waktu lagi T_T . lhaa? kamu yang berhijab tiap hari, sholatnya masih telat?

Pelajaran hari ini : dont judge the book by its cover, jangan menilai penampilan sangar para pemuda yang suka nongkrong pinggir jalan, gak semuanya mereka malakin orang kayak di sinetron, ternyata mereka rajin sholat tepat waktu.

Pak Haji dan Para Milenial

Udah lama banget sebenernya aku pengen nulis tentang Pak Haji. Meskipun ada banyak pak haji di dunia ini tapi hanya Pak Haji inilah yang fenomenal dalam 20 tahun belakangan. Pak haji adalah penjahit pertamaku, penjahit yang membuat aku optimis bahwa ternyata kami bisa menjual produk yang dijahit sendiri, bukan melulu impor dan impor.

Proyek jahitan Pak Haji pertama dan langsung ludes awalnya cuma sekodi dua kodi, lama-lama jadi banyak, sejak saat itu jualan makin lancar makin sering ngejahitin ke Pak Haji. Pak Haji selalu datang subuh bahkan pernah jam 3 pagi, itupun kadang dia bilang kalo para penjahitnya baru kelar jam 12 malam.

Ketika mata lagi berat-beratnya apalagi pas habis begadang anak rewel wih mantab ngantuk2 pintu digedor. Yang paling khas dari pak haji adalah suara motor butut pak haji yang sangat berisik. Kalo aku atau suamiku ga bangun, pak haji matiin tuh saklar listrik, lalu akhirnya kami kebingungan dan keluar rumah “Eh, ada pak Haji”

“Maaf kak, HP nya gak bisa ditelpon, jadi saya matiin listriknya” sambil cengar cengir, namun kami ngga pernah marah, ngomel pun enggak, terganggu pun enggak. Karena 2 karung stok jahitan yang dibawa pak haji tu bener-bener jadi penyelamat karena nyari penjahit yg jahitannya rapi juga susah banget kala itu, barang jahitan pak haji selalu ludes.

Angin berhembus, follower bertambah, karyawan bertambah, daun-daun berguguran, namun pak haji tetaplah pak haji, yang makin lama makin sepuh dan ubannya makin banyak. Namun jangan salah, pak haji ini anaknya 5 kuliah semua, ada yang lulusan Al Azhar Kairo juga.

Walau hujan deras dinginnya dini hari gak akan menghentikan pak haji nganter barang, masih pake motor butut berisik dan helm bangunan seadanya. Mungkin kalo pak haji berangkat rada siang udah kena macet panasnya ibukota dan motornya bisa oleng dikentutin asap kopaja. Itulah kenapa pak haji selalu datang subuh-subuh, dia sangat paham lalu lintas ibu kota. kadang kalo ada hujannya mendadak, tahukah kamu siapakah yang berhak mendapat hak jas hujan? Bukan, sama sekali bukan tubuh pak haji yang ringkih, tapi karung yang dia bawalah yang akan ditutup pake jas hujan, sementara badan pak haji basah kuyup. He is a real man, yang sangat tau bagaimana menjaga dan menghargai precious things dalam karung-karung yang dia bawa. Masyaallah pak perjuanganmu, kami anak2 muda ini selalu tertohok malu, zaman now masih aja males-malesan, malu sama pak haji.

Hari berganti hari, purnama berganti, layar handphone semakin mendominasi, millenial makin berjaya. Macet bukan lagi menjadi keluhan tapi macetnya Jakarta adalah sumber traffic mamah muda doyan belanja. Jakarta makin macet, hujan makin deres, orderan makin banjir. Dan armada jahit pak haji tak sanggup lagi menyangga semua kebutuhan ledakan customer kami. Tim jahit kami serta merta bertambah, 4 x lipat.

Di era teknologi zaman now, apa2 tinggal pencet, kadang aku gemes sendiri kenapa sih pak Haji gak pake WA. Gemes sendiri, dari empat manajer jahit yang membawahi puluhan penjahit lokal, hanya pak haji lah yang HP nya masih sangat jadul. Ketika aku semakin terbiasa mengevaluasi para manajer pakai video jahitan, foto hasil QC, dalam sekejap send message dan centang dua, virtual meeting ala milenial people jaman now pasti paham, berbeda dengan pak haji. Kalau mau diskusi desain baru, pak haji akan datang dengan kemeja rapi wangi dan bersepatu! Padahal biasanya kalo nganter jahitan doang bisa aja pakai baju seadanya, jaket dan sendal jepit. Pak haji punya HP tapi gak selalu bisa dihubungi. Padahal jahitan pak haji sudah ditunggu-tunggu demi jadwal launching produk yang tepat waktu. Sebagai Big Boss yang harus memastikan barang dagangan, emak2 ini kadang kesal sekali, pengen marah-marah, apalagi kalo lagi PMS kan bisa uring-uringan sepanjang masa. (jadi kalo kamu punya boss emak2, punya balita yang rewel malam2, lagi PMS, dan kehabisan stok dagangan, kelar hidup lo! )

Subuh demi subuh, pak haji tak kunjung datang. Raungan suara motor kami kira itu pak haji, terkejut bangun singkap korden jangan-jangan pak haji datang, ternyata bukan. Dering telpon tak terjawab dan sms tak terbalas. Beberapa hari kemudian, akhirnya ada yang datang subuh-subuh, tapi bukan pak haji! Anak pak haji, lho? Pak haji kemana mas? Tanya suamiku ke mas2 itu, “lagi sakit pak” . Deg.. hatiku langsung merasa bersalah, semua omelan yang aku siapkan kandasss.. mana bisa lah ngomel2.

Akhirnya telfon ku diangkat pak haji “iya kak, ini masih dijahit kak yang model ini…”, pak haji langsung nyerobot bercerita tentang jahitan dan jahitan. “bentar pak bentar, saya nggak menanyakan jahitan, saya tanya keadaan pak haji, pak haji sakit apa? “, “Oooh..ini kak biasa meriang meriang panas”.

Beberapa hari kemudian akhirnya Pak haji datang membawa jahitan lagi, entah tim jahit pak haji bertambah entah penjahit lamanya telah kembali bekerja, ini berkah banget buat kami karena sales semakin tinggi dan setiap upload cepet ludes, maka sekali stok pak haji masuk database, setidaknya customer aman gak ngamuk-ngamuk kehabisan. Kali ini pak haji datang tidak dengan motornya lagi, karena anaknya sudah bisa pesan grab untuk mengangkut barang jahitan. Namun namanya juga pak haji, meskipun sekarang gak pakai motor lagi, ternyata ada drama lagi.

Kali ini supir grabnya yang notabene anak muda milenial, ngeyel sengeyel-ngeyelnya bahwa dunia ini hanya terbaca oleh Google Maps, sedangkan pak haji adalah manusia lama yang sangat percaya rute karena telah beratus ribuan kali melewati rute yang sama, pun begitu dia tidak bisa mengalahkan argumen driver milenial. Anak pak haji udah bener nge-pick location sesuai alamat tujuan, namun si driver ini sok tau malah mengganti rute mungkin supaya lebih cepat, tapi ternyata dia nge-pick location beda titik, malah perumahan lain yang kebetulan alamatnya mirip. Katakanlah harusnya Griya Permai Jaya, eh dia malah nge pick Griya Permai Residence. Udah gitu ngeyel banget, bahwa itu lokasi yang benar dan memaksa pak haji turun di depan rumah entah siapa itu dalam keadaan membawa tumpukan jahitan yang kebetulan tanpa karung, karena semua hanya ditumpuk di jok mobil grab. Pak haji minta diturunkan dekat jalan raya supaya dia bisa naik taksi menuju lokasi yang benar, tapi si driver tetep tidak mau tahu dan memaksa pak haji turun di tempat yang tidak jelas sesuai apa yang ada dalam Maps aplikasinya. Sungguh sangat kurang tata krama pada lelaki sepuh seperti pak haji. Subuh itu juga pak haji telfon dan bercerita. suamiku langsung bertolak menjemput pak haji. Dan Masyaallah tak tega melihatnya, pak haji ditelantarkan supir taksi online itu di pinggir jalan, tanpa jaket dan tanpa alas kaki di tengah angin subuh yang dingin, karena apa? jaket dan alas kakinya digunakan untuk alas tumpukan jahitan yang sangat berharga itu. Pak haji tetaplah pak haji.

Musim duren berganti musim rambutan, Ramadhan demi Ramadhan, sales semakin meningkat, gudang makin penuh sesak. Kantor kami perbaiki, gudang kami tambah, penjahit semakin bertambah. Pak haji datang dan mencoba kursi putar baru kantor kami, yang dulu hanya penuh karung dan karung, bahan dan bahan, sekarang Alhamdulillah kinclong full AC dan ada kursi putar ala-ala kantor beneran. Pak haji pun terkekeh subuh tadi, “ Wah ini nanti perlu cetak kartu nama kak, jadi direktur nih, hahaha”. Tawanya sangat sumringah kalau lagi nganter jahitan banyak. Pak haji tetaplah pak haji, di tengah kesibukannya mengomando tim jahitnya, jangan salah, pak haji ternyata punya pesantren tahfidz di Padang, yang dia gratiskan untuk anak-anak di sana. “Iya kak, jadi ada ustadz nya bagus banget, eh dia tiba-tiba mengundurkan diri, ditarik sama pesantren sebelah, aduuuh hahaha.. Adaa aja masalahnya, yaaa yang penting pak haji jalani aja lah.. insyaallah berkah ya Kak, amiin yarobbalalaminn.. hahahaa” Begitulah pak haji, selalu berceloteh dan mendongeng setiap antar barang di pagi buta, padahal yang kami yang dengerin masih terkantuk-kantuk cengar cengir, namun cerita pak haji penuh semangat subuh-subuh selalu menggelegar memaksa kami bangkit. Duh kita ini, badan masih sehat, usia masih muda, masak kalah semangat sama Pak Haji. Terima kasih pak haji.

Semua demi rafia orange

Pagi itu diawali dengan sebuah target : mendapatkan rafia orange hari itu juga! Karena emak rempong ini kelewat lupa nyekroll chat WhatsApp Group TKB yang mana mewajibkan para siswanya membawa rumbai rafia keesokan harinya, yang itu berarti rumbai rafia harus didapat dan dibuat dalam waktu satu hari. Demi suksesnya pertunjukan Yamko Rambe Yamko TKB Aldin. 

Aku tidak banyak menyangka bahwa mencari rafia akan serumit ini. Pagi2 setelah segala kerempongan drama mandi pagi supaya ga terlambat, Yess it’s drama yang terkadang aku bingung bagaimana mengolahnya menjadi sebuah kronologi dengan sejuta pembelajaran dan pendidikan kemandirian anak.

 Drama adalah ketika kamu pengen mengajarkan anak-anak mandiri mandi sendiri pakai baju sendiri tapi waktu sangat mepet, dan yang namanya anak-anak, baru masukin satu kaki ke celana eh lanjut masang Lego sambil ngobrol,

“Bun tau ga, ini tu sebenarnya dia astronot, coba lihat helm nya. Ya kan ya kan”

dalam hatiku ya iyalah nak -_- dari jauh juga emang astronot, the things is waktunya udah mepet banget nak, kamu harus masuk sekolah tepat waktu, di dunia ini ga ada aturan sekolah yang mentoleransi keterlambatan, pihak sekolah  udah melakukan survei bahwa keterlambatan anak masuk sekolah itu 80% disebabkan manajemen waktu keluarganya dan itu artinya kalau kamu terlambat itu salahnya bunda nak, bunda ! kamu harus disiplin, hidup ini keras, jiwa kita harus terlatih cekatan, jangan kelamaan pakai baju, nanti kamu terlewat mendengarkan bel sekolah yang nyaring, pliss!

 Tentu saja omelan itu hanya nyangkut di tenggorokan, ibu yang baik kata seminar parenting harus bisa mengendalikan amarah dan omelan. “Oooo… Astronot mas, Pantesan dia helm nya putih ya!” Ekspresi yang sangat dibuat2, pada saat yang sama si adek teriak2 minta handuk, lari ke kamar mandi nyamber handuk sekaligus “ngentas” si adek dan membungkusnya dengan handuk sementara untuk si kakak ujung-ujungnya aku yang makein baju, pelajaran kemandirian gagal, tapi pelajaran tata surya dimulai, 

“Bun, kenapa astronot itu harus pake helm? Kenapa dia harus bawa tas? Gaya gravitasi itu apa?” Thanks to ibu kita Kartini, kalo sampe jaman sekarang wanita masih ga boleh sekolah, bagaimana seorang ibu bisa menjelaskan ilmu tata surya dan mensimulasikan gaya gravitasi tanpa pendidikan tinggi? Masih ada yang nyinyir kalo lulusan perguruan tinggi dilarang jadi ini rumah tangga? Lalu siapa yang akan menjelaskan komponen-komponen baju astronot, asteroid, meteor, dan segala pengetahuan kosmik sepagi ini?

 Dengan mulut yang terus berkuliah tata surya, tangan-tangan tak berhenti merapikan baju, mengancingkan batik sang adek dan membuatnya bangga pakai baju batik hari ini kamu jadi Presiden ya ! Padahal kan emang seragam of today adalah batik, dan dia kadang protes kenapa Taqi harus pakai batik? Kan mas Aldin ga pakai batik? Di dunia ini ga semua harus sama nak, lanjuuttt kuliah tentang batik, kenegaraan, kenapa pakai baju batik. Yess, Well Done! Aldin Taqi siap, kuliah tata surya dan kewarganegaraan selesai. 

Thanks to another women selain ibu kita Kartini adalah kepada Mbak Yay, yang mana si mungil sudah dimandikan juga olehnya, di balik ibu yang sehat jiwa dan raga, ada embak yang tangguh di belakangnya, and mbak Yay made it. 

Siap berangkat sekolah, perut anak2 sudah terganjal sedikit sarapan, dan berhasil cium pipi kanan kiri saat bel tanda masuk berbunyi adalah kebahagiaan terbesar pagi itu, kemudian melihatnya berlari excited menuju kelas bareng sama teman-temannya adalah momen paling mengesankan bagi seorang ibu, mirip iklan-iklan di tivi banget.

 Oh entah kenapa bunyi bel sekolah itu sangat nyaring! Kelamaan terbuai nostalgia baru nyadar, ternyata Taqi masih gandeng tanganku, kelas playgrup nya memang baru mulai setengah jam lagi, jadi santai aja, “Udah bun sampai sini aja antarnya, dadaaa” senyumnya maniiiisss sekali. Duh nak, kamu masih terlalu imuuut untuk adegan kemandirian seperti iniiii T_T malah mewek. 

Dasar emak2, anaknya manja disuruh mandiri, giliran anak mandiri malah mewek kok waktu cepat sekali berlalu. Jam sekolah dimulai, perjalanan awal mencari rafia orange pun dimulai!

Sebagai member generasi milenial yang sekaligus merangkap menjadi aktivis online, mencari barang yang spesifik di pasar tradisional-semi-modern adalah tantangan besar! Yess meskipun judul yang terpampang nyata di pasar ini adalah Pasar Modern Bintaro, di mana pasar ini terkenal bersih dan kinclong, Dian Pelangi berfoto pas belanja sayur pun sangat Instagram-able di sini. Viral menuai banyak like dan bahkan di-endorse perusahaan HP terkenal pun demi berfoto selfie saat beli sayur di pasar ini! Ya Tuhan, kenapa ya kalo aku yg foto si sini rada mustahil rasanya, rame banget cuuy ! Confidentless. Mungkin itulah yang membedakan antara selebgram vs emak rempong (malah curhat -_-, terima nasib). 

Pun begitu, hati kecilku tetap mengatakan ini cuma pasar tradisional, Pasar Modern yang ideal menurutku adalah yang ada katalog Inventory nya yang bisa dicari pakai keyword online!

Tahukah kamu Generasi milenial ini jempolnya sudah terlatih mencari keyword dan tombol search, dan saaangaaaat tidak terlatih mentalnya ketika lagi dan lagi mendapati gelengan demi gelengan : ” Pak ada tali rafia warna orange?”, “Mbak, punya tali rafia orange ?” , “Mas, jual rafia warna orange?” Belasan bahkan puluhan gelengan suram akhirnya harus kuterima dengan lapang dada.

Toko demi toko kulalui, sampai kehabisan toko plastik, toko mainan dan toko suvenir pun kusambangi, ribuan pulau, ratusan kota, seribu purnama berlalu, sampai pegal kaki ini pun tak kunjung rafia orange muncul ke permukaan dan tertangkap retina. 

Hingga suatu ketika, “Ada bu, tapi gede mau?” Mauuuu maas! Serahkan pada saya! Berapapun harganya saya beliii ! Teriak hatiku Ya Allah apakah ini pertanda pencarian segera berakhir… detik demi detik si Mas Penjual masih mencari sana sini di antara tumpukan plastik, kolong gelas-gelas plastik, menit demi menit dia pun garuk-garuk kepala, akhirnya kandas diakhiri dengan senyum2 nyengir ” Maaf bu, ternyata udah habis.. tadi sih padahal masih ada lho, maaf ya bu..”. Lemes lutut ku. 

Kalo air mukaku udah suram gini tau lah ya siapa yang paling perhatian sama aku, tak lain tak bukan adalah suamiku tercintah. “Udah lah.. mau gimana lagi, pulang yuk, Cari aja di tokopedia yg bisa digojekin hari ini juga”. Jempolku beraksi, Ya Allah susah banget nyari rafia orange ini, dari sekian banyak toko plastik yang telah kutelusuri di pasar ini warna paling banyak adalah hitam, merah, kuning, biru, Lha orange??? Gak ada T_T dalam hatiku kenapa harus anakku yang kebagian jatah warna orange, ini pasti gurunya gak survei dulu warna rafia yang paling umum yang dijual di kawasan Bintaro (Ya kali bu guru kan bukan pegawai statistik keles). 

Keyword demi keyword, filter demi filter, semua telah kucari hingga mataku tak lepas dari Smartphone sepanjang perjalanan pulang. Lagu favorit yang diputar di radio pun cuma suamiku yang nyanyi karena saking galau ya hati ini, apa kata dunia kalau sampai anakku gak bisa percaya diri di pertunjukan nanti? Emak macam apa aku ini? Kenapa gak cari dari kemarin-kemarin? Kenapa baru cari sekarang? Kenapa oh Kenapa? Mengapa oh Mengapa? Sungguh pikiran-pikiran tak solutif, sementara suamiku masih asik nyetir sembari sesekali bersenandung dan melihat-lihat kanan kiri, kalo aja ada toko plastik di pinggir jalan yang menjual rafia warna orange. Aku tahu sebenarnya dia menyanyi untuk menghibur aku, biar gak panik berlebihan, namun strateginya gagal. Panic overloadd !!! 

Sampai kaki kami menginjakkan warehouse-workspace ya sebut saja kantor yang berantakan tempat kami bekerja mengumpulkan pundi-pundi emas, pencarian rafia orange di salah satu marketplace terbesar di Indonesia ini pun gagal, ada sih yang jual rafia orange ukiran gede, sebesar helm paling besar mungkin, tapi lokasi seller-nya di Denpasar ! Which is itu ga mungkin banget nyampe sini dalam beberapa jam, waktuku tinggal setengah hari mencari rafia orange. Dan jam dinding terus berdetak, ga bisa di-pause, gak ada tombol undo CTRL+Z dalam kehidupan ini. 

Tiba-tiba, eh ada ni! Secercah harapan membumbung tinggi di udara ! Pakai keyword “tali rafia” ada seller di Jakarta yang menjual! Dan yang penting bisa delivery pakai Gojek 4 jam sampai! Ya Allah apakah ini karunia-Mu ? 

Mendadak jaringan internet menjadi sangaaat lambat ketika aku bersuka cita euforia penuh harapan mengontak seller ini! “Kak, yang warna orange ready? Bisa gojekin hari ini juga?”. Plis cepet baleeess, rasanya gemes kayak nungguin chat gebetan. 

Detik demi detik berlalu, seller ini bintang reputasinya banyak pasti trusted pasti ready lah, kepanikan mereda dan aku mulai bisa mengalihkan dengan kembali bekerja, ngatur2 para staf, diskusi-diskusi seputar launching produk besok, persiapan-persiapan semua hampir beres, ya memang I’ve worked hard on it, perfect preparation begadang malam tak sia-sia, parahnya sampai melupakan persiapan pertunjukan pentas seni anakku T__T coba aku siapin sejak kemarin2, meski mahal, meski jauh sampai Denpasar pun akan ku bayar demi Rafia Orange. 

Tahukah kamu arti pertunjukan pentas seni bagi anakku? Ketika dia melihat wajah ayah bunda nya duduk di jajaran penonton,  dia akan tersenyum ketika aku melambaikan tangan, bersorak-sorak, bertepuk tangan dan mengacungkan dua jempol dari jauh dan mengangguk-angguk, dia mendapat kekuatan dan kepercayaan diri bertubi-tubi, senyumnya sangat bahagia, semua persiapan latihan pentasnya akan dia perlihatkan pada orangtua kesayangannya, “Bun, aku udah latihan nih bun, lihat nih aku hebat banget, berani, gak nangis lho!, hebat kan?” , “Bunda harus datang ya, nanti video-in Aldin ya” . Ekspektasi maksimal dengan segala keceriaan yang dia miliki. Apa jadinya kalo nanti dia tak percaya diri salah kostum gara-gara kelalaian emaknya T__T itu akan menjadi penyesalan sepanjang masa tiada tara bagiku. 

Jling! Notif tokopedia ! Seller nya bales! ” ada gan, tapi ini agak merah”, waduh aku agak curiga ni, soalnya di foto jelas-jelas ini orange warnanya, aku chat lagi lah ” Maksudnya gimana kak? Orange agak merah apa emang merah ? ” aku pastikan lagi warnanya takutnya salah. Tik tok tik tok.. “Duh slow respon banget sih!” kebiasaan buruk emak2 yang menurut Einstein tentang teori dilatasi waktu itu benar adanya, lima menit bagi seorang seller itu termasuk fast respon ketika dia harus menghadapi ratusan chat, sementara di HP mamak2 mana ada notif segambreng, yang ada cuma chat sama si olshop seller, maka jadilah lima menit rasa lima tahun purnama, gak sabaran nungguin chat, kalo aku gak pernah jualan online, dengan kondisi level panik tingkat kecamatan kayak gini, dan respon seller nya super PHP, pasti udah nge-chat PING ..!! PING..!! Yakalee ini BBM, Lha wong chatroom Tokopedia -__-, untungnya sekali lagi aku aktivis online yang cukup sabar dan terlatih belanja online, jadi cukup kalem lah, padahal hati ini rasanya udah pengen banting Hapeee ! Cepetan bales woooooyyy! Anak gue mau pentas butuh rafia orange baleeeessss!!!! 

Jling ! “Maaf gan, ini merah warnanya, kena cahaya flash pas moto jadi orange ”

Duh Gusti.. ujian apa lagi ini.. 

Rasanya pengen nangis, tak mampu bersuara tapi suamiku pasti bisa baca pikiranku, “Ya udah, kita cari ke pasar lain yuk, usaha aja, kali aja ada, sekalian jemput anak-anak pulang sekolah” Selepas menyusui si mungil dan kiss bye muah muah, Saka dipegang mbak Yay lagi dan kami bergegas hit the road lagi, Bismillah Ya Allah berilah keajaiban. 

Perjalanan kembali melewati jalan Merpati Raya yang masih ada beberapa Toko Plastik , sempat mampir ke Toko Pkastik milik tetangga kompleks, pun nihil, adanya warna kuning dan merah. Aku lihat chatroom WhatsApp group ibu2 yang anaknya satu grup sama Aldin, sama nasibnya! Ada yang masih struggle juga mencari tali rafia orange, susah juga dia nyari nya sampo bilang “kalau sampai sore ini belum dapet, paling aku beli rafia merah dan kuning aja Buibu, berharap warnanya nge-blender jadi orange” wkwkkwkwkw :D :D Aku pun agak lega karena ada teman seperjuangan. 

“Yaudah say, nanti beli yang merah atau kuning aja buat cadangan, sampai kita menemukan rafia orange nya” pikirku. Waktu semakin mepet, belum lagi butuh waktu untuk menyuwir2 rafia nya menjadi rumbai. Dan kata bu Guru harus dikumpulkan BESOK! Deadline is a deadline. 

Ketika hati ini mulai pasrah, ikhlas, dan hampir menyerah, tiba-tiba Allah menunjukkan kuasanya. Jalanan Merpati Raya yang agak2 kencang mendadak ada truk besar lewat melambat yang membuat seorang pedagang plastik bermotor yang tampak terseok-seok dengan tumpukan ember, gelas plastik, sedotan, bola-bola plastik, dan tumpukan RAFIA ! Ya, R.A.F.I.A ORANGE ! 

Kejadian ini hanya beberapa detik, sontak suamiku buka kaca samping, pas saat berpapasan di TENGAH JALAN dia ngerem dan “Mas Rafia nya dijual mas? Saya mau beli! ” “Iya Pak” si mas penjual pun ngerem. Lhaa INI DI TENGAH JALAN, aku nengok belakang ada mobil ikut ngerem, wah bahaya bisa diklakson dan terjadi kemacetan berjamaah gara-gara Rafia Orange. Suamiku pun teriak, ” belok sana aja mas!” , Ya Allah kok pas banget ada belokan menuju halaman ruko Harvest Bintaro yang lumayan lengang parkirannya, kami pun belok, aku turun dari mobil. Benar adanya, si mas ini habis belanja dari distributor plastik! 

“Wah bu, tapi saya ga bisa jual satuan bu, ini buat toko-toko kelontong, jadi kalo ibu mau beli harus satu pack gini semua” 

Wah. Aku tengok suamiku yg masih nyetir, bertanya pakai bahasa isyarat, gimana nih harus dibeli semuanya? dia manggut2 aja pertanda “Pokoknya berapapun harganya beli aja”. 

“Yaudah mas, pas nya berapa?” Berniat menawar biar ga dikerjain. 

“30.000 aja bu, saya samain kayak harga toko” 

Lhaa ternyata murah amat! 30.000 isi 50 roll rafia kecil yang harga satuannya 2000, *wih margin lu lumayan cuy lama2 gue jualan rafia lah (mohon maklumi lintasan pikiran pedagang, meski panik tetep mikir margin profit :p). Iya sih satu set banyak warna, tapi melihat warna orange bertengger nyempil di sana membuatku sadar bahwa ini benar-benar pertolongan Allah. Ya Allah terima kasih! Perhitungan manusia tak selalu benar, filter search marketplace tak selalu pandai mencari, pedagang toko plastik di pasar tak pernah akan tau bahwa warna orange mendadak jadi best seller, tapi Allah selalu tahu ketika hamba-Nya membutuhkan keajaiban. 


This is RAFIA ORANGE! Ya Allah.. baru kali ini seumur-umur aku beli rafia duaribuan dengan perasaan bahagia selangit dan bumi seperti ini. 

Begitulah anak-anakku, Allah ga melihat hasil yang kamu dapat, tapi Dia melihat usahamu, sejauh apa kamu memperjuangkannya, sekuat apa usahamu mendapatkannya, karena kelak ketika sudah dapat, bahagianya benar2 membuatmu bersyukur langit dan bumi bersujud seharian pun tak cukup. Hati ini pun terasa hangat, terima kasih Ya Allah. Ini benar-benar keajaiban. 

*** 

Malam ini adalah malam begadang untuk anak, demi rumbai rafia yang tersuwir rapi, “ayo anak-anak tidur, bunda mau kerja bikin rumbai”, kemudian Taqi pun merayu-rayu “Bun, taqi juga mau, warna hijau semen bun, Taqi mau dibuatkan itu juga”, aku pun bengong, “Taqi kamu ga perform sayang, yang perform Mas Aldin, besok kita nonton” , Tapi Taqi mauu, sudut mulutnya turun, matanya berkaca-kaca, Taqi mau juga. Oh My God, lembur malam ini akan dua kali lipat karena Taqi pun mau dibuatkan -_-” . “Bun, ingat ya, yang punya Taqi dibuat juga ya, Taqi tidur, kamu yang buatin” dan Ayahnya cekikikan di kasur meluk sang Kakak, Duh enak banget hidupmu! “iya.. Iyaa.. kalian tidur aja, besok bangun tidur udah magic nih, jadi semuanya”. Sementara Saka masih asik sendiri main-main tali rafia, mengurutkannya mencari ujungnya sambil terheran-heran “mmmm?? mmm?” ekspresi penasaran tembem maksimal, Rafia Saka ini rafia, Saka Bantuin bunda ya, cuma aku dan Saka yang terjaga malam itu karena memang sore hari si mungil ini sudah tidur. Akhirnya satu persatu pun semuanya tidur. 

*** 



Performance dimulai semua orang senang. Anak-anak sangat percaya diri, guru-guru yang tulus, sederhana tapi bermakna, khas sekolah alam. 

Sorak sorai tepuk tangan riuh, sesaat sebelum musik dimulai anak-anak punya request untuk ayah bunda “Mamaaa.. jangan lupa film-in yaa”, “Ayaaah nanti kalo kalo akuu.. hebat.. nanti habis ini aku aku.. mau dibeliin komputer ya ayah yaa, yaa yaa” cadel cadel gemesin khas anak-anak TK. Mata-mata mereka hanya mengarah ke salah satu dua penonton yaitu keluarganya, ayahnya, bundanya, neneknya, kakeknya, adiknya, terharuuu rasanya melihat si kecil bisa tampil percaya diri dengan kelincahan yang sangat memukau. Semua orang bahagia. Dan yang paling kucari hari itu adalah senyum Aldin. Senyum Aldin ketika matanya mencari-cari ku di antara kerumunan penonton yang memadati acara, Mas! bunda di sini ! Teriakku dalam hati sambil melambaikan tangan akhirnya mata kami bertemu dan dia tersenyum sangat manis! Ya Allah bahagianya hidupku. Ini benar2 sudah cukup Ya Allah.. 

Modus yang terungkap setelah 10 tahun

Banyak orang berkata : kita ga akan tau 10 tahun lagi bakal jadi apa, bakal tinggal di mana, bakal jadi orang seperti apa.  

10 tahun yang lalu. 2007.Bandung.

Suatu sore di selasar CC Barat kampus terbaik bangsa, seorang pemuda teman SMA ngajakin ngobrol, sebelumnya dia SMS kalau dia sedang kebingungan menjelang kenaikan tingkat, sesaat lagi kami akan masuk semester 3 perkuliahan di mana mata kuliah prodi lah yang berkuasa, say goodbye to segala materi2 pelajaran jaman SMA yang bimbel-able. 

Seorang Fakhria sadar diri lah, siapa sih gue di hadapan pemuda tinggi ini, beda kasta lah, dia adalah all-is-100 person, Guru Fisika aja konsultasi kunci jawaban ujian ke dia, jaman SMA aja nilai matematika ku 32 diketawain habis-habis2an bersama para Guru Matematika di lorong dekat Mushola Ash Sholihin. Dendam di hatiku masih terbawa sampe kuliah. Lha ini ngajak ngobrol apa lagi coba, mana nilai Fisika ku C lagi T_T bakal di-bully kayak apa lagi nanti kalo dia nanya pertanyaan paling keramat mahasiswa ITB : IP kamu berapa? WHHHHTTT which is ini sama sekali ga boleh dibicarakan dan didiskriminasikan sama halnya dengan suku agama dan ras. 

“Iya.. gini Fakhria, aku bingung nih, aku kok kayaknya ga terlalu suka teknik perminyakan, aku syok ternyata orang2 yg kerja di perminyakan tu mereka harus kerja di lepas pantai, di tengah hutan, di negara antah berantah, di tempat2 yg jauh dari peradaban, kayaknya bukan passion aku deh, apa aku pindah ke teknik informatika aja yah? Menurut kamu gimana?”

Kami ngobrol di tangga CC Barat, aku jujur agak panik, kasihan juga kalo temen SMA ku salah jurusan kan, tau sendiri kampus yang paling tinggi level depresi kan di ITB, di kampus ini kalo urusan perkuliahan sadisnya gak ketulungan, dosen pas kuliah baik dan friendly tapi giliran ujian sangat unexpected soal ujian sama sekali ga ada jawabannya di kuliah *adanya di textbook segede gambreng. Serangan tugas, laporan, ujian, praktikum, tugas pendahuluan, jurnal, dan segala printilannya bertubi-tubi seilah tak membiarkan mahasiswanya bernafas dan tidur nyenyak secara manusiawi. Apabila sampai kena Drop Out gara2 ga lulus mata kuliah, waduuuh itu bisa nangis darah deh, masuk ITB kan susah cuy. 

“Waduh, aku juga bingung tuh, kalo menurut kamu pindah jurusan itu bagus ya pindah aja sih” 

Plain banget kan jawaban gue -_- , ya elah agak awkward juga keles, kan di CC Barat ada banyak orang lewat, kalo Teteh Gamais lewat gimana coba, aku kan member gamais yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai “lebih baik jomblo mulia daripada pacaran maksiat ke mana-mana” wkwkkwk. Takut dikira pacaran di CC Barat, hahaha. Aku udah merancang kata-kata ntar kalo ke-gap sama temenku yang lewat dan kepo trus pasti nanya “Cie ciee ngobrol ama siapa..bla bla bla” biasalah cewek farmasi kan hidup di fakultas yang 90% cewek, kalo ada begini2an pasti cepet banget nodongnya. Ntar aku jelasin aja, ah dia mah temen SMA kok, nothing special, kayaknya sih dia masih pacaran sama orang yang dulu, jadi tenang aja fren, bukan tipe aku lah. Ya emang sih, saat itu memang nothing special.

Singkat cerita, lalu dia cerita ada mahasiswa yg pindah jurusan dan berhasil survive, nah dia yakin dengan IPK TPB yang nyaris sempurna tu dia bakal bisa survive. Aku sih manggut2 aja, makin tertekan lah ya ngebahas IP, secara Fisika Dasar dapet C, Kalkulus meski udah belajar non-stop megap-megap juga harus puas nyangkut di angka B. Huuuhh jadi kamu mau pamer, mentang2 IP gede?. Aku ngedumel dalam hati doang. ga banyak ngobrol -takut jatuh cinta- wahahaha. 

“Iya gakpapa kok pindah jurusan, kalo memang itu baik buat kamu ya jalanin aja, tapi ya harus survive”

Lalu kami pulang. 

Hari-hari selanjutnya jujur aku khawatir, will he survive? Yaa kan kita ga tau ya kadang tupai yg udah lompat sejak lahir juga pernah jatuh, Olimpiade biologi juga dia pernah gagal ( dan aku berhasil ! Hihi), jadilah kadang aku penasaran dia, kepo lah, beneran jadi pindah jurusan, beneran bisa bertahan, IP nya berapa? Masih dapat nilai 100 terus kayak jaman SMA? 

Namun lintasan-lintasan itu segera berlalu.

Hari demi hari berganti dan tugas2 kuliah, UTS, UAS semakin bikin sesak nafas. Kami jarang ketemu lagi. Aktivitas sangat padat merayap. Selamat datang di Institut Terbaik Bangsa. “ITB adalah tempat dimana lupa adalah salah, tidur adalah penyesalan, dan ketiduran adalah dosa”.

.

.

.

10 tahun kemudian, 

Suatu pagi di perumahan Bintaro Hill, anak- anak balita ribut pakai baju siap-siap sekolah, aku dan dia berkaca di cermin besar yang sama, merapikan baju siap berangkat.

“Say, itu kamu beneran galau ya pas kita ngobrol di CC Barat?” 

“Ya nggak lah, itu mah modus!” 

Jawabnya singkat sambil nyisir rambut, Dan aku syok sekaligus sebel. 

“HAH !, jadi kamu gak galau? Biasa aja?” Aku masih bengong

“Iya, ayo lah buruan nanti Aldine terlambat” ketawa-ketawa ngambil kunci mobil lalu keluar rumah.

“HAA ?? jadi selama ini itu hanya modus?, itu aku anggap serius lho! Aku kira kamu mau pindah jurusan beneran, aku kira kamu benar2 frustrasi sampai ngajak aku ngobrol, kan biasanya dulu ga pernah ada kabar apa2” Aku masih syok sambil ngikutin dia masuk mobil bersama anak-anak. 

“Ya kalo ga gitu mah kapan bisa ngobrol sama kamu” senyumnya tertahan, menatap jalan, tapi aku tau hatinya menatapku dalam-dalam.

Jantungku berhenti berdetak, rasanya kayak jatuh cinta jaman dulu, jatuh cinta pada yang sama. Jadi ternyata waktu itu dia udah suka sama aku ya, hihihi. Dudu dududu. 

“Sampai punya anak tiga gini masak masih kurang sih buktinya.. ” bukti kalo aku tu sayang sama kamu. Dan aku hanya senyum-senyum menatap jalanan Bintaro yang mendadak terasa banyak bunga kayak di iklan Molto. 

*** 

Kalaaauuu saja 10 tahun lalu aku tau kamu jodohku, pasti kegalauan salah jurusan itu akan terdengar seperti gombalan-gombalan memabukkan wkwkkwkw 

“Kamu mau punya suami kayak apa? Ntar kalo aku di perminyakan aku bakal sering-sering kerja lapangan jauh dari keluarga, kamu gakpapa? Nanti anak-anak kita gimana ya, apakah dia bisa dekat dengan ayahnya, padahal mengantar anak sekolah setiap pagi itu salah salah satu impianku. Atau aku jadi engineer informatika aja? Nanti paling kerja di kota-kota besar, kita bisa hidup bersama, makan malam bersama setiap hari, aku bisa antar anak sekolah, nganter kamu ke pasar, gak hidup jauh-jauhan” 

Huuwoooohohoho itu mah CC Barat rasa pelaminan, Hahaha. Mahasiswa yang duduk2 ngerjain tugas jadi saksinya. Padahal mereka mah cuek abiss yang penting tugas kelar sebelum kuliah. 

*** 

Dan sekarang, kamu telah membuktikannya. Kamu tetap bersinar cemerlang seperti yang aku kenal dulu, berbinar-binar penuh semangat. Pembelajar paling tangguh yang pernah aku kenal, orang paling ramah kepada siapapun, dan seorang ayah yang best friend banget sama anak-anaknya. 

Kamu tetap menjadi engineer, meski tak lagi kerja di lapangan perminyakan. Kamu tetap berkutat dengan data-data, grafik-grafik yang menurutmu itu cantik (tapi maaf menurutku itu hanya garis :D ) ,  kamu selalu mengizinkan aku bereksperimen dan mulai memahami ide-ide gila yang kadang amazing, dan pada waktu yang sama kamu mau rempong bawain belanjaanku di pasar modern Bintaro, mengantar anak-anak dan menyemangati hari-hari awal sekolah playgroup nya. Orang-orang di tempat cuci mobil atau para satpam sampai heran, bapak ini kerjanya apa kok kayaknya luang banget nyuci mobil aja pas jam kantor, Libur Pak?. Dan kamu hanya senyum2 ketawa, karena susah njelasin nya. Paling banter kalo orang itu frustrasi nanya kerjaan bapak apa, kamu akan menjawab : saya punya toko Pak, dan tokonya udah diurusin karyawan saya :D

***

Wahai anak-anakku, ketahuilah, ini adalah masa di mana dunia membutuhkan orang-orang pekerja keras yang tak perlu diketahui jabatannya apa, tak perlu ngantor di tempat keren, atau sok sibuk dengan berkas-berkas segambreng tapi zonk. Dunia ini butuh orang-orang dengan hasil kerja yang nyata. Allah menciptakan dunia ini dengan sangat adil. Dan yang harus kamu ingat adalah, kemudahan hidup itu selalu bersama orang-orang yang cerdas, bekerja keras, dan berhati mulia. 

“The people who are crazy enough to think they can change the world are the ones who do.”

— Steve Jobs

Jangan takut gagal 

Kamulah api semangatku. Ketika banyak orang menganggap Nokia terlalu terlena dengan kesuksesan hingga lupa inovasi produk, Yahoo tumbang karena gak menyediakan produk yang lebih friendly, dan banyak orang yang pesimis duluan, takut gagal karena melihat raksasa tumbang. Mereka hanya komentar, bicara tentang kegagalan, tapi kamu malah bilang, ya mending dia tumbang udah jadi raksasa, udah kaya raya, udah pernah jadi Milyuner yang aset nya udah gak karu2an, Lha kamu? Masak belum apa2 udah mundur ?? Pasang kacamata kuda, go ahead for your next plan, eksekusi aja sesuai SOP kita selama ini, jangan takut mencoba, daripada nanti kamu udah tua jadi nenek2 ntar nyesel, dulu kenapa pas masih muda gak aku lakukan ide ku ini (nah lho). Menjalani hari2 bersamamu memang selalu bikin semangat. Lalu tiba2, angin segar dari sinyal sinyal 3G yang mulai menyusup desa terpencil di Ngawi sini adalah telpon dari FB Singapore 😍 dia sangat terkesan dengan bisnis kami dan dia mewakili Facebook Official akan mensupport kami habis2an, yeahhh. Can’t wait for our next project darling! Sekarang hirup udara segar Ngawi dulu sebanyak2nya 😬

Bukan tentang Informasi

Sudah tahun 2017. dan apakah kita sudah move on?

Move on dari pemikiran konvensional, bahwa earn money itu harus 8 to 5, berdarah-darah , bermacet-macetan. Itu semua gak salah, tapi mari diluruskan bahwa Mind Set nya adalah ketekunan dalam kerja keras itu, bukan seberapa lamanya kamu bekerja. iya sih.. kelihatannya di depan laptop.. tapi ternyata nggak produktif kerjaannya. Banyak sosmed-ing, too many distraction bikin kerjaan gak kelar2.

Stay focus, and know what your priority. Iya sih banyak yang masih berpikir kalo jualan online itu lumayan buat jajan. Hahaha, jaman kapan ituuh, sekarang mah banyaaak yang jualan online tapi omset bulanannya harga mobil. Kuncinya adalah ketekunan: konsisten, dan persisten. Bukan banyaknya informasi yang kamu dapat, tapi seberapa tekun kamu mengolah informasi itu menjadi action dan duit tentu saja.

Move on dari pemikiran konvensional bahwa kerja itu harus sesuai jurusan kuliahnya. Kalo mindset ini benar dalam kehidupan, pastilah aku jadi orang yang sangat menyedihkan. Lulusan farmasi ITB dan Cum Laude tapi ended jadi pedagang :D . Definitely NO yah, kuliah itu untuk membentuk mind set tahan banting, ngetes endurance, laboratorium kehidupan, ngelatih kita sejauh apa daya tahan kamu kalo dikasih tugas segambreng, UTS bab yang belom diajarin, laporan praktikum, deadline lomba karya ilmiah, tugas lab lomba PKM, kerjaan himpunan, pengajian kampus, dst dst. Learn the process, dan tekuni apa yang kamu suka, and you can be anything you want, itu prinsipku. Dan di dunia maya ini banyak banget source kuliah yang bisa membuat kamu jadi apa saja.

Choose what you want to learn, and do it now. Di dunia ini banyak banget orang yang ngaku sibuk, tapi sibuknya gak produktif. Yah aku juga pernah sih, biasanya daripada gak produktif gitu saya mending nonton drama korea, sekalian ajah :D. Sometime we need to refresh our mind, karena mood itu cycling, bersiklus, gak bisa dipaksa kerja terus. Idenya adalah bagaimana membuat ritme siklus mood yang indah tapi terus berkesinambungan ke silkus selanjutnya. Kerja terus2an jangan, Leyeh-leyeh terus2an juga jangan.  Sehingga kerjaan kamu terselesaikan perfectly, dan anak-anak bahagia. Karena seorang emak yang punya waktu untuk selalu mengembangkan potensinya, dan bisa escape refreshing sejenak dengan nonton drama korea :D, balancing those to terkadang bisa menstabilkan emosi dan menurunkan level kegalakan ^_^ hihihi

Yang terakhir berdoa. Minta sama yang punya waktu agar kita bisa memanfaatkan waktu 24 jam yang sama jatahnya ini, dengan sebaik-baiknya. Baca AlQuran pelan-pelan bisa jadi relaksasi time. Jatah waktu semua orang sama, tergantung kamu mau jadi apa? Life is.. bukan tentang seberapa banyak informasi yang kamu dapat, tapi seberapa tekun kamu mengeksekusi ide2 brilian sekarang, tanpa tapi-tapi.

Tiba-tiba aku merasa tua

Dan aku masih belajar terus menjadi boss yang baik.

Kalo dipikir-pikir emang semakin tua (Oh no ) emosi jiwa ku mulai terkontrol, panikan sih masih, tapi meledak- ledak sudah jarang. Layaknya mercon yang terendam air es ( apa pula -_-“)

Anyway anyhow. 2 bulan terakhir ini kalo dipikir-pikir emang rada ngeri. 2 orang Employees keluar dari perusahaanku (gudang keleus) dalam 2 bulan berturut-turut. Yang pertama mengundurkan diri sih.. yang kedua beneran aku fired..

Sempat panik, stress, diare, dan galau suralau. Detik-detik sebelum pemanggilan,  aku keringat dingin mules ndredeg gak karuan. Ndremimil berdzikir banyak-banyak. Berat tau. Tapi Alhamdulillah akhirnya aku bisa juga making this kind of decisions. And it well said. Semoga ini win-win solution. Pun pastinya ada hikmah dan lesson learned yang banyak dari semua ini. Agar perusahaanku growing bigger and bigger nicely.

Udah. Cuma pengen nulis itu aja karena hari ini 31 Juli 2015 pengalaman pertamaku nge-fired karyawan yang berulah. Mungkin perlu dicatat di blog buat sejarah kenang-kenangan.